Kamis, 05 Maret 2009

Lokasi Menyelam Dan Memancing Di Sumatera Barat.

Menyelam
Memancing
  • Pulau Semangki
  • Pulau Aur
  • Pulau Kerabak
  • Gosong Nambi
  • Gosong Sinyaru
  • Karang Barjat
  • Pulau Sinyamuk
  • Pulau Pisang Gadang
  • Pulau Angsa Dua
  • Pulau Pandan
  • Pulau Cubadak
  • Pulau Sikuai
  • Pulau Pagang

Selasa, 03 Maret 2009

Mutiara Wisata Sungai Pisang-Mandeh

Sungai Pisang-Mandeh

Mendapatkan mutiara yang indah, caranya sulit. Letaknya di laut dalam. Jauh, sulit dan penuh tantangan. Perumpamaan ini sepertinya cocok untuk pemandangan indah di sepanjang jalur Sungai Pisang, Kota Padang hingga Mandeh, Kabupaten Pesisir Selatan.

Potensi wisata tersebut terletak di jalan sepanjang 45 kilometer yang menghubungkan Sungai Pisang dengan Mandeh. Memang jalan tersebut belum layak untuk transportasi umum. Tapi, bagi para petualang atau penggila pemandangan indah, panorama di sepanjang jalur tersebut terlalu indah untuk menunggu jalan jalan tersebut selesai, paling cepat tahun 2010 mendatang.

Tak hanya pemandangan laut yang menawan, di jalur ini juga bisa dinikmati pemandangan alam perbukitan khas Bukit Barisan. Masih alami dan jarang tersentuh tangah jahil manusia. Kehidupan masyarakat mulai dari nelayan, petani sampai berburu juga layak untuk diikuti. Di sini masih jelas terlihat sisa-sisa kejayaan illegal logging yang sempat menghidupi masyarakat di daerah ini di masa jahiliyah-nya.

Untuk mencapai jalur tersebut dapat ditempuh lewat dua jalur. Pertama, masuk dari Sungai Pisang dan keluar di kawasan Carocok Tarusan, atau sebaliknya. Sungai Pisang sendiri berjarak 28 kilometer dari pusat Kota Padang. Sementara, Carocok Tarusan terletak 60 kilometer dari Kota Padang dan 20 kilometer dari pusat Kota Painan.

Melewati jalan ini, sebaiknya menggunakan kendaraan yang telah dimodifikasi khusus untuk jalur off road. Sebab, dari seluruh jalur tersebut, baru 20 persen saja yang diaspal atau dilapisi beton. Sisanya, masih berupa jalan tanah dan kerikil. Namun, bagi penggila off road, jalur ini bisa dikatakan sebagai surganya. Di sepanjang jalan tersebut, masih kentara suara kicauan burung dan fauna hutan tropis lainnya.

Di kiri-kanan jalan, jika dekat dengan pantai, kilauan mutiara pemandangan laut bisa kita nikmati. Berbagai macam warna alam, hijau, biru sampai merah dapat kita nikmati di sini. Jika sore menjelang, tak ayal berjuta siluet matahari siap menjadi cahaya mata. (*)

Pesona Desa Surga Pulau Cubadak










Keindahan Paradiso yang mungkin belum begitu banyak dikenal masyarakat Indonesia pada umumnya merupakan salah satu alternatif bagi para penggemar wisata pulau yang sudah jenuh dengan suguhan pulau-pulau yang sudah ada sebab sudah sangat ramai, bising dan sibuk.

Seorang mantan karyawan asuransi di Italia berhasil menyulap Cubadak yang berarti Nangka menjadi sebuah pulau yang hidup, tanpa harus menggusur ekosistem dan habitat yang ada di situ. Kicauan burung-burung di hutan yang meningkahi bunyi hempasan air ke pasir pantai adalah sebuah orkestra alami yang bisa dinikmati setiap saat di sini.

Di kejauhan, Pulau Cubadak dengan sejumlah cottage dari kayu serta bar dan ruang rehat yang interiornya didimonasi oleh unsur kayu dan rotan untuk menikmati minuman selamat datang. Paradiso memiliki 13 vila, satu suite, dan satu restauran lengkap dengan dapurnya, butik dan kawasan baca, serta sebuah rumah untuk staf setempat. Seluruh bangunan terbuat dari kayu dan atap dari daun palam. Vila untuk para tamu yang semuanya menghadap ke laut, dilengkapi dengan perabotan yang terbuat dari rotan dan kayu. Sementara karpet, alas meja, selimut terbuat dari tenunan tangan. Untuk memperindah ruangan terdapat sejumlah hiasan dinding yang dirancang dengan motif-motif ala pahatan Minangkabau.

Masing-masing vila terdiri atas beranda, kamar tidur, khusus di lantai dua terdapat tempat tidur dengan kelambu. Setiap vila dilengkapi dengan kamar mandi yang besar dengan air panas dan dingin. Air yang bisa diambil di wastafel juga bisa langsung diminum.

Laut di depan vila-vila kayu itu berair tenang dengan dasar lautnya kaya akan terumbu karang yang seolah-olah mengelililingi pulau ini. Airnya yang jernih tampak makin bening ketika menyapu pasir putih Pantai Cubadak. “Pemandangan di bawah laut di sini sangat memukau, airnya juga tenang buat direnangi,” ujar Pio, seorang pastor Italia yang kini berdomisili di Mentawai. Selama seminggu, ia menikmati liburannya di Cubadak.

Olahraga air seperti menyelam memang menjadi aktivitas primadona bagi para pengunjung pulau. Bagi yang sangat berminat tapi belum punya pengalaman, instruktur selam Paradiso yang sudah bersertifikat internasional siap melatih para tamunya. Bagi yang ingin berselancar angin, berlayar, snorkeling, ski air, ataupun naik kano, kesempatan dan fasilitas serupa juga tersedia.

Yang menarik, semua fasilitas untuk aktivitas olahraga air, semua tersedia di sini. Kecuali perlengkapan menyelam dan ski air, semuanya disediakan secara gratis. “Yang penting, tamu harus segera menetapkan jadwalnya supaya semua fasilitas berikut instruktur bisa disiapkan dengan baik,” ujar Sebastiano.

Untuk yang lebih suka kegiatan di darat Cobalah untuk naik kapal motor berkeliling pulau yang tak kalah mengasyikan. Atau olahraga sepakbola pantai atau voli pantai bersama rekan-rekan di sore hari saat pasang turun.

Kegiatan lain yang tak kalah mengasyikannya adalah menjelajahi Pulau Cubadak yang luasnya sekitar 40 kilometer persegi. Maklum pulau masih memiliki hutan lebat dengan bukit runcing yang tidak begitu tinggi tapi memiliki tekstur berliku yang relatif aman untuk didaki di tengahnya. Dari bukit yang terletak persis di belakang sejumlah vila yang terdapat di bagian kiri pulau, kita bisa menikmati pemandangan di sekitar pulau dari atas dan melihat pesisir selatan Sumatra Barat yang ditaburi pulau-pulau kecil dan indah.

Bersenang-senang di Makakang


Pantai Mentawai sungguh tiada dua. Kuning, coklat terang, putih, halus, bersih, bahkan di Tuapeijat yang sarat sampah, pantainya masih bisa bertahan dengan air yang tetap jernih, tenang, menyejukkan. Lain lagi Makakang, yang cuma 15 menit dengan speed boat dari Tuapeijat. Indahnya tak terperi, sehingga kata-katapun jadi basi. Tak perlu diucapkan lagi.

Siang di bulan Januari 2009. Matahari sedang garang-garangnya, sekitar pukul 13.00 WIB. Saya (Pemimpin Redaksi Puailiggoubat/kontributor Padangmedia.com), Bang Encu dan Gugun (Korwil YCM Siberut Selatan, Sandang Paruhum (Direktur YCM dan PU Pualiggoubat), Andom Sabebegen (Korwil YCM Siberut Utara), Gerson Merari Saleleubaja (wartawan Puailiggoubat untuk wilayah Siberut Selatan), Marianti Satoinong (staf khusus kesekretariatan YCM), Yosep Sarogdog (staf Divisi OR YCM, caleg PDIP dari Madobag), Bambang Sagurung (wartawan Puailiggoubat dan Padangmedia.com di Sipora), Marhayati (istri Sandang Paruhum), Sihol (putra Sandang Paruhum), Astrimilus Salamanang (mantan Sekretaris Redaksi Puailiggoubat) siap-siap di dermaga Dinas Perhubungan Tuapeijat. Saatnya ke Makakang, melepas penat-penat dan ketegangan, setelah hampir seminggu mengikuti rapat awal tahun di Uma YCM, Mapaddegat, Sipora.

Makakang, nama ini sudah lama saya dengar. Tapi sekalipun belum berkunjung. Maklum selama ini yang menarik dari Mentawai bagi saya hanyalah budaya, ternyata pantainya alamaak, jauh lebih mempesona. Tak heran kalau ribuan turis tergila-gila betul dengan Mentawai, dari website-website cantik di internet yang mereka buat, terlihat sekali kekaguman mereka pada pantai-pantai Mentawai.

Lain lagi para surfer, ombak Mentawai benar-benar bisa membuat mereka horny. Tak segan-segan, mereka datang dengan kapal pesiar dan helikopter, langsung dari negara asal, hanya untuk bisa berselancar dan meliuk-liuk di antara keganasan ombak Mentawai yang mereka namai macam-macam. Mereeka juga tak lupa beramal dengan mendanai lembaga amal bernama Surf Aid, yang bergerak di bidang kesehatan masyarakat dan penanganan bencana.

Akhirnya boat YCM bermesin 80 pk itu nyala juga dan kami melaju membelah Teluk Tuapeijat yang tenang. Horay Makakang kami datang. Tak sampai 15 menit salah satu dermaga Aloita Resort & Spa sudah terlihat. Kami lalu jalan kaki sejenak melewati hamparan pasir di bawah pohon kelapa yang berjejer rapi. Di kiri kanan jalan setapak itu ada lampu-lampu tersembunyi dalam tiang pohon. Alami dan efeknya si malam hari pasti romantis sekali.

Aloita Resort & Spa
Kawasan paling terkenal di Makakang adalah Aloita Resort & Spa. Aloita adalah sebuah resort dengan motto pleasure in paradise (pelesir di surga ho ho). Tempat ini terdiri dari 8 bungalow beranjang lebar. Ada juga yang berisi 2 dan 3 ranjang single. Surfer yang menginap di bungalow ini dikenai charge US$ 200 (sekitar Rp2 juta lebih) per kepala per malam, sementara tamu non surfer US$ 150 per kepala per malam. “Untuk tamu lokal, cukup Rp700 ribu per kepala per malam,” kata Andi, Humas Aloita Resort.

Tak perlu sedih kalau tak bisa menikmati segala fasilitas Aloita, seperti restaurant dan barnya yang cantik di tepi pantai, spanya yang sarat aroma terapi dan soft message (pijatan lembut jemari-jemari trampil), scuba diving dan snorkeling (menyelam dan eksplorasi bawah air), memancing dengan perlengkapan khusus kelas kaum jet set, surfing, jet sky yang serba wah dan mahal, makanan dan minumannya yang tak terjangkau kantong kita, karena ada kemewahan lain yang tak perlu dibayar di pantainya yang indah, di mana warga lokal jatuh bangun belajar surfing di ombaknya yang tak terlalu ganas. Atau sekedar bakar ikan hasil pancingan di pantainya nan menawan.

Kita juga masih main tenis meja di bar, volley pantai, atau memancing di Pulau setan. Tak perlu melongok ruang belajar scuba diving yang tarifnya US$80 sampai US$400 (kalikan saja Rp11.000 kalu mau tahu harganya dengan uang kita), kalau punya Rp150 ribu atau Rp250 ribu, Anda bisa mencoba spa dan pijatan lembut wanita berjari lentik itu selama 30 menit, minuman termurah adalah air mineral Aqua Rp10.000 saja, harga bir berkisar Rp20.000 (Bintang) sampai Rp33.000 (Guiness), camilan Tango Rp5.000. Makanan Indonesia rata-rata Rp37.000, misalnya nasi goreng, mie goreng, dan tempura. Kue-kue Rp18.000.

Banyak putra putri asli Mentawai yang bekerja di Aloita. Beberapa di antaranya berasal dari Madobag.

Dilarang Buang Sampah
Sebagai obyek wisata internasional, Aloita Resort dan Spa menerapkan aturan yang sangat ketat di areanya. Tamu atau karyawan misalnya tidak dibenarkan memancing atau membuang sampah di perairan depan resor. “Misalnya kertas bungkus nasi, kantong plastik dan botol plastik, kalau benda-benda itu terlihat, tamu asing takkan segan-segan melompat ke air dan memungutnya untuk dibuang ke tempat sampah, kita yang malu dibuatnya” kata Andi. Tak heran kalau airnya bersih sekali. Turis asing tak kan terusik oleh dedaunan dan ranting pohon yang terdampar di pantai, karena bagi mereka itu bukan sampah, karena takkan merusak lingkungan dan kecantikan Makakang.

Memancing ikan karang di dermaga tak diperbolehkan karena ikan-ikannya tergolong ikan hias yang biasa menghuni aquarium. Mereka akan lebih cantik bila terlihat hidup dan berenang kian ke mari di air yang jernih kehijauan atau di sela-sela bunga karang yang jelas terlihat di bawah air.

Aturan-aturan yang sangat sadar lingkungan ini patut didukung bersama, karena tujuannya sangat mulia, yakni menjaga keasrian dan kelestarian alam Makakang yang indah.

Yang bukan tamu hotel sebenarnya juga dilarang lewat di halaman resort, tapi aturan yang ini kami anggap keterlaluan, apalagi kalau diberlakukan pada orang Mentawai, yang sebelum ada resor tersebut bebas saja menikmati keindahannya. Tentu toleransi yang bijak bisa menjadi solusi.

Kami menikmati Makakang dan Aloita Resort sampai pukul 4 sore. Kebanyakan waktu habis untuk bermain pasir, mandi di airnya yang teduh dan sok berjemur ala turis berkulit pucat, padahal sudah coklat kehitaman dibakar matahari. Ketika speed boat melaju kembali ke Tuapeijat, ada yang kami bawa dari Makakang, kenangan abadi akan keindahannya. (imran rusli)

west-sumatra-makakangjg.jpg
Dicopy dari : Padang media.com

Pulau Pieh

Kalau pernah menyelam di Pulau Menjangan Bali, Kapoposang di Sulawesi atau Pulau Hoga di Wakatobi, Pulau Pieh ini mempunyai beberapa kesamaan dengan pulau-pulau tersebut karena bentuk bawah air yang berupa dinding (drop off) dan sama-sama kawasan lindung dari kehutanan, selain kesamaan tersebut pulau ini memiliki keunikan dari biota-biota yang menjadi penghuninya seperti ikan Napoleon Wrasses, ikan Botana biru yang khas pantai barat Sumatra dan ribuan ikan trigger biru, nona manis dan banyak ikan lainya. Bagian sebelah barat dan selatan pulau merupai kan rataan terumbu tepi yang ditumbuhi oleh beraneka ragam jenis karang. Keindahan bawah laut pulau ini dapat dinikmati dengan bersnokelling atau Scuba. Pantai yang pasir putih yang halus dan sering menjadi tempat penyu bertelur. Di pulau ditumbuhi kelapa dan pohon palm lainya di samping itu juga ada rawa asin di tengah pulau.

di copy dari :yoelspa.multiply.com

Surga Dunia Itu Ada di Pulau Sikuai

Kota Padang, Sumatera Barat, memiliki obyek wisata pantai pasir putih di Pulau Sikuai. Di kawasan ini, terumbu karang masih terjaga dengan baik. Obyek ini menarik bagi wisatawan yang ingin memancing, menyelam, atau jogging keliling pulau sembari menikmati pesona alam yang asri.































Minggu, 13 April 2008 | 15:14 WIB

PERNAHKAH anda membayangkan satu tempat menakjubkan seperti surga? Hamparan pasir putih, deretan pepohonan kelapa yang tertata rapi, suasana sejuk, birunya laut, indahnya warna warni ikan dan terumbu karang, hijaunya pepohonan, lezatnya makanan serta asyiknya candaan aneka satwa? Semua keajaiban itu ada dalam satu paket khusus surga dunia di Pulau Sikuai.

Sikuai, satu dari 19 pulau yang termasuk dalam wilayah administratif Kota Padang, Sumatera Barat (Sumbar), tepatnya di Kecamatan Bungus Teluk Kabung seluas 38,6 Kilometer persegi atau sekitar 40 hektar.

Sikuai kini dikembangkan menjadi satu objek wisata bahari unggulan di Kota Padang. Pada pulau ini wisatawan bisa melakukan sejumlah aktivitas marina seperti snorkeling, diving, memancing, atau hanya berenang di atas jernihnya laut Pulau Sikuai sambil menikmati indahnya warna-warni biota laut termasuk terumbu karang.

Kawasan pulau itu perpaduan keindahan laut beserta isinya serta damainya pulau dengan hutan yang masih tertata alami tanpa sentuhan tangan-tangan jahil yang merusak.

Wisatawan domestik asal Kota Padang, Afrianita yang berkunjung ke Pulau Sikuai, merasa nikmat berenang di tenangnya air laut Pulau Sikuai. Hanya dengan menyelam pada kedalaman beberapa meter saja, pengunjung telah bisa menikmati keindahan warna warni terumbu karang. Anda seperti berada pada akuarium raksasa dengan ragam keindahan biota laut dengan warna yang menarik. "Tidak perlu menyelam terlalu dalam, saya sudah bisa melihat ikan warna-warni, terumbu karang dan aneka biota laut lainnya," katanya dengan nada sumringah.

Puas berenang dan menyelam, pengunjung bisa menikmati aktivitas berjalan-jalan di sepanjang pantai berpasir putih bersih sambil mengumpulkan aneka jenis karang mati yang terdapat di kawasan tersebut. Pasir pantai tersebut sangat halus, padat dan bersih dari aneka jenis sampah sehingga sangat menyenangkan berjalan atau berlarian di atasnya.

Bagi para pengumpul karang, tentu aktivitas ini bisa menimbulkan keasyikan tersendiri karena banyak jenis karang unik dengan warna beragam bisa diperoleh untuk dibawa pulang. "Saya mengumpulkan kerang dan pasirnya untuk dibawa pulang dirangkai menjadi hiasan dinding," kata wisatawan asal Bukittinggi Sri mengaku berkunjung ke pulau impian itu bersama teman-temannya.

Setelah kelelahan mengumpulkan aneka jenis karang dan pasir tersebut, wisatawan bisa menikmati keindahan laut pantai sambil tiduran ditemani semilir angin pantai. Suasana itu terasa sangat damai, karena tidak ada suara bising. Yang ada hanya semilir hembusan angin, gesekan daun kelapa dan deburan ombak menemani tidur siang di pinggir pantai berhawa sejuk itu.

Sore menjelang, puas melakukan aktivitas di pantai, kini saatnya untuk menikmati keindahan daratan Pulai Sikuai, dengan bersepeda atau berjalan kaki menjelajah keliling pulau yang banyak ditumbuhi banyak pepohonan nyiur ini. Berkeliling Pulau Sikuai menyenangkan dan suasananya sangat alami karena begitu banyak pepohonan hijau menghiasi kiri kanan jalannya.

Hanya membutuhkan waktu sekitar 45 menit, pengunjung bisa menyelusuri sekeliling pulau sambil menyaksikan anek jenis hewan khas Sikuai, seperti biawak, monyek, serta ratusan jenis burung dengan warna yang beragam.

Pesona Pulau Sikuai terasa semakin menawan, tentu saja dengan menikmati indahnya warna merah keemasan matahari yang akan tenggelam. Sudut pandang ini terdapat pada satu bukit kecil terdapat di tengah-tengah pulau. Pada bukit itu terdapat beberapa tempat duduk yang dijadikan tempat bersantai sambil menunggu matahari tenggelam dan gelap datang menjelang. Suasana tersebut adalah satu moment yang ditunggu-tunggu para wisatawan yang datang berkunjung pada satu pulau terindah di Sumatera Barat itu.

Bagi yang hobi makan, di pulau ini juga tersedia satu unit restoran yang menyajikan aneka hidangan khas pantai yang tentu saja akan menambah nafsu makan. Pengunjung bisa memesan aneka jenis makanan dan minuman dengan harga terjangkau.

Khusus istirahat di malam hari, juga tersedia, 52 unit bungalow yang terlihat apik dengan desain khusus, yang tentu saja membuat istirahat menjadi lebih nyaman.

Paket 100 ribu

Jika anda membayangkan menikmati semua keindahan tersebut dengan biaya mahal, tentu saja salah. Manajemen Pulau Sikuai kini menawarkan harga khusus bagi pengunjung yang ingin menikmati surga itu hanya dengan dana Rp100 ribu.

Selama satu hari menikmati keindahan pulau termasuk akomodasinya wisatawan hanya dipungut bayaran Rp100 ribu saja. Pengunjung dari Kota Padang, berangkat dengan kapal cepat ke Pulau Sikuai.

Hanya butuh waktu 20 sampai 40 menit menyusuri laut yang tenang dan indah, sebelum akhirnya tiba di pulau impian itu. Jika membayangkan perjalanan akan membosankan, lagi-lagi anda salah.

Sepanjang perjalanan itu juga menjadi satu daya tarik tersendiri. Kita bisa menikmati keindahan laut, sambil melihat aktivitas nelayan tradisional yang sesekali berpapasan dengan kapal cepat pembawa penumpang itu.

Setiba di Pulau Sikuai dan turun dari kapal, pengunjung disambut segarnya air kelapa muda, seakan mengucapkan selamat datang kepada para tamu, dan setelah itu keajaiban demi keajaiban alam dimulai.

Soal ancaman tsunami, tidak perlu takut karena di pulau telah dipasang alat pendeteksi gempa dan tsunami, oleh LIPI, bekerjasama dengan California Institute of Technology.

Jadi tunggu apalagi, jika ke Sumatera Barat, jangan sampai tidak singgah ke Pulau ini, karena semua keindahan surga dunia itu menunggu anda disini. (ANT)

Pulau Sirandah


Hanya sekitar 40 menit dari pelabuhan Muaro Padang atau sekitar 30 menit dari TPI Bungus, kita sudah sampai ke pulau ini dengan menggunakan perahu 80 HP. Pulau ini merupakan pulau yang relatif kecil yang terletak lebih kurang 11 mil dari pusat kota Padang.
Menyelam Di Sumatera Barat oleh indrawadi
Setiap harinya, puluhan kapal-kapal nelayan bagan yang berasal dari kawasan Bunguih lego jangkar di sekitar perairan pulau ini untuk berlindung dan menunggu hari sore untuk berangkat ke tengah laut mencari ikan. Pantainya terdiri dari pasir putih halus dan landai.
Menyelam Di Sumatera Barat oleh indrawadi
Keindahan bawah lautnya dapat dilihat di sekeliling pulau yang ditumbuhi oleh karang dari Acropora bercabang, Heliopora. Pada kedalaman 2 - 3 meter lebih didominasi oleh pertumbuhan karang-karang lunak. Pertumbuhan karang yang ditemukan sampai dengan kedalaman 15 meter, menjadikan panorama lautnya menjadi indah untuk diselami.
Menyelam Di Sumatera Barat oleh indrawadi
Lokasi ini sangat cocok untuk dijadikan sebagai tempat penyelaman scuba dan snorkelling karena didukung oleh kejernihan air dan keanekaragaman terumbu karangnya yang cukup padat