Selasa, 03 Maret 2009

Bersenang-senang di Makakang


Pantai Mentawai sungguh tiada dua. Kuning, coklat terang, putih, halus, bersih, bahkan di Tuapeijat yang sarat sampah, pantainya masih bisa bertahan dengan air yang tetap jernih, tenang, menyejukkan. Lain lagi Makakang, yang cuma 15 menit dengan speed boat dari Tuapeijat. Indahnya tak terperi, sehingga kata-katapun jadi basi. Tak perlu diucapkan lagi.

Siang di bulan Januari 2009. Matahari sedang garang-garangnya, sekitar pukul 13.00 WIB. Saya (Pemimpin Redaksi Puailiggoubat/kontributor Padangmedia.com), Bang Encu dan Gugun (Korwil YCM Siberut Selatan, Sandang Paruhum (Direktur YCM dan PU Pualiggoubat), Andom Sabebegen (Korwil YCM Siberut Utara), Gerson Merari Saleleubaja (wartawan Puailiggoubat untuk wilayah Siberut Selatan), Marianti Satoinong (staf khusus kesekretariatan YCM), Yosep Sarogdog (staf Divisi OR YCM, caleg PDIP dari Madobag), Bambang Sagurung (wartawan Puailiggoubat dan Padangmedia.com di Sipora), Marhayati (istri Sandang Paruhum), Sihol (putra Sandang Paruhum), Astrimilus Salamanang (mantan Sekretaris Redaksi Puailiggoubat) siap-siap di dermaga Dinas Perhubungan Tuapeijat. Saatnya ke Makakang, melepas penat-penat dan ketegangan, setelah hampir seminggu mengikuti rapat awal tahun di Uma YCM, Mapaddegat, Sipora.

Makakang, nama ini sudah lama saya dengar. Tapi sekalipun belum berkunjung. Maklum selama ini yang menarik dari Mentawai bagi saya hanyalah budaya, ternyata pantainya alamaak, jauh lebih mempesona. Tak heran kalau ribuan turis tergila-gila betul dengan Mentawai, dari website-website cantik di internet yang mereka buat, terlihat sekali kekaguman mereka pada pantai-pantai Mentawai.

Lain lagi para surfer, ombak Mentawai benar-benar bisa membuat mereka horny. Tak segan-segan, mereka datang dengan kapal pesiar dan helikopter, langsung dari negara asal, hanya untuk bisa berselancar dan meliuk-liuk di antara keganasan ombak Mentawai yang mereka namai macam-macam. Mereeka juga tak lupa beramal dengan mendanai lembaga amal bernama Surf Aid, yang bergerak di bidang kesehatan masyarakat dan penanganan bencana.

Akhirnya boat YCM bermesin 80 pk itu nyala juga dan kami melaju membelah Teluk Tuapeijat yang tenang. Horay Makakang kami datang. Tak sampai 15 menit salah satu dermaga Aloita Resort & Spa sudah terlihat. Kami lalu jalan kaki sejenak melewati hamparan pasir di bawah pohon kelapa yang berjejer rapi. Di kiri kanan jalan setapak itu ada lampu-lampu tersembunyi dalam tiang pohon. Alami dan efeknya si malam hari pasti romantis sekali.

Aloita Resort & Spa
Kawasan paling terkenal di Makakang adalah Aloita Resort & Spa. Aloita adalah sebuah resort dengan motto pleasure in paradise (pelesir di surga ho ho). Tempat ini terdiri dari 8 bungalow beranjang lebar. Ada juga yang berisi 2 dan 3 ranjang single. Surfer yang menginap di bungalow ini dikenai charge US$ 200 (sekitar Rp2 juta lebih) per kepala per malam, sementara tamu non surfer US$ 150 per kepala per malam. “Untuk tamu lokal, cukup Rp700 ribu per kepala per malam,” kata Andi, Humas Aloita Resort.

Tak perlu sedih kalau tak bisa menikmati segala fasilitas Aloita, seperti restaurant dan barnya yang cantik di tepi pantai, spanya yang sarat aroma terapi dan soft message (pijatan lembut jemari-jemari trampil), scuba diving dan snorkeling (menyelam dan eksplorasi bawah air), memancing dengan perlengkapan khusus kelas kaum jet set, surfing, jet sky yang serba wah dan mahal, makanan dan minumannya yang tak terjangkau kantong kita, karena ada kemewahan lain yang tak perlu dibayar di pantainya yang indah, di mana warga lokal jatuh bangun belajar surfing di ombaknya yang tak terlalu ganas. Atau sekedar bakar ikan hasil pancingan di pantainya nan menawan.

Kita juga masih main tenis meja di bar, volley pantai, atau memancing di Pulau setan. Tak perlu melongok ruang belajar scuba diving yang tarifnya US$80 sampai US$400 (kalikan saja Rp11.000 kalu mau tahu harganya dengan uang kita), kalau punya Rp150 ribu atau Rp250 ribu, Anda bisa mencoba spa dan pijatan lembut wanita berjari lentik itu selama 30 menit, minuman termurah adalah air mineral Aqua Rp10.000 saja, harga bir berkisar Rp20.000 (Bintang) sampai Rp33.000 (Guiness), camilan Tango Rp5.000. Makanan Indonesia rata-rata Rp37.000, misalnya nasi goreng, mie goreng, dan tempura. Kue-kue Rp18.000.

Banyak putra putri asli Mentawai yang bekerja di Aloita. Beberapa di antaranya berasal dari Madobag.

Dilarang Buang Sampah
Sebagai obyek wisata internasional, Aloita Resort dan Spa menerapkan aturan yang sangat ketat di areanya. Tamu atau karyawan misalnya tidak dibenarkan memancing atau membuang sampah di perairan depan resor. “Misalnya kertas bungkus nasi, kantong plastik dan botol plastik, kalau benda-benda itu terlihat, tamu asing takkan segan-segan melompat ke air dan memungutnya untuk dibuang ke tempat sampah, kita yang malu dibuatnya” kata Andi. Tak heran kalau airnya bersih sekali. Turis asing tak kan terusik oleh dedaunan dan ranting pohon yang terdampar di pantai, karena bagi mereka itu bukan sampah, karena takkan merusak lingkungan dan kecantikan Makakang.

Memancing ikan karang di dermaga tak diperbolehkan karena ikan-ikannya tergolong ikan hias yang biasa menghuni aquarium. Mereka akan lebih cantik bila terlihat hidup dan berenang kian ke mari di air yang jernih kehijauan atau di sela-sela bunga karang yang jelas terlihat di bawah air.

Aturan-aturan yang sangat sadar lingkungan ini patut didukung bersama, karena tujuannya sangat mulia, yakni menjaga keasrian dan kelestarian alam Makakang yang indah.

Yang bukan tamu hotel sebenarnya juga dilarang lewat di halaman resort, tapi aturan yang ini kami anggap keterlaluan, apalagi kalau diberlakukan pada orang Mentawai, yang sebelum ada resor tersebut bebas saja menikmati keindahannya. Tentu toleransi yang bijak bisa menjadi solusi.

Kami menikmati Makakang dan Aloita Resort sampai pukul 4 sore. Kebanyakan waktu habis untuk bermain pasir, mandi di airnya yang teduh dan sok berjemur ala turis berkulit pucat, padahal sudah coklat kehitaman dibakar matahari. Ketika speed boat melaju kembali ke Tuapeijat, ada yang kami bawa dari Makakang, kenangan abadi akan keindahannya. (imran rusli)

west-sumatra-makakangjg.jpg
Dicopy dari : Padang media.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar